Tanggal Rilis | : | 16 Mei 2010 |
Ukuran File | : | 0.11 MB |
Abstraksi
Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat April 2010 sebesar 105,68 turun 0,38 persen dibandingkan NTP Maret 2010 yang mencapai 106,08. Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat 94,02 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P); 84,74 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H); 128,46 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R); 111,71 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 106,89 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Hasil pemantauan harga konsumen pedesaan menunjukkan terjadinya deflasi pedesaan di Sulawesi Barat pada April 2010 sebesar 0,19 persen, yang secara umum dikarenakan adanya penurunan indeks harga pada dua dari tujuh kelompok pengeluaran, yang cukup signifikan yaitu kelompok bahan makanan menurun sebesar 0,72 persen. Dibandingkan dengan provinsi lain, Sulawesi Barat merupakan salah satu dari 11 provinsi yang mengalami deflasi di daerah pedesaan, yang tertinggi terjadi di Sulawesi Tengah sebesar 0,73 persen dan terendah di Nusa Tenggara Barat sebesar 0,01 persen. Sementara itu, 21 provinsi lainnya mengalami inflasi pedesaan, yang tertinggi terjadi di Kalimantan Tengah sebesar 0,86 persen dan terendah di Kalimantan Timur sebesar 0,07 persen. Untuk skala nasional, NTP Bulan April 2010 sebesar 101,15, sedangkan inflasi pedesaan sebesar 0,18 Persen. NTP Sulawesi Barat tercatat masih lebih tinggi dibandingkan NTP nasional. Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.