PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2009 NTP SULAWESI BARAT 105,14

 Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat April 2009 sebesar 105,14 naik 0,46 persen dibandingkan NTP Maret 2009 yang hanya mencapai 104,65. Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat 96,66 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P); 89,26 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H); 127,71 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R); 105,19 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 105,14 untuk Subsektor Perikanan (NTN).  Hasil pemantauan harga konsumen pedesaan menunjukkan terjadinya inflasi pedesaan di Sulawesi Barat pada April 2009 sebesar 0,05 persen, yang secara umum dikarenakan adanya kenaikan indeks harga pada dua dari tujuh kelompok pengeluaran yang cukup signifikan yaitu: kelompok makanan jadi 0,79 persen; serta sandang 0,70 persen. Lima kelompok lainnya mengalami deflasi di daerah pedesaan, yaitu: kelompok bahan makanan 0,05 persen; perumahan 0,66 persen; kesehatan 0,69 persen; pendidikan rekreasi, dan olah raga 0,08 persen; serta transportasi dan komunikasi 0,35 persen.  Dibandingkan dengan provinsi lain, Sulawesi Barat merupakan salah satu dari 14 provinsi yang mengalami inflasi di daerah pedesaan, tertinggi di Sulawesi Selatan 0,91 persen dan terendah di Kepulauan Riau sebesar 0,04 persen. Sementara itu, 18 provinsi lainnya mengalami deflasi, tertinggi di Lampung 1,37 persen dan terendah di Kalimantan Barat 0,01 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Hasil pemantauan harga produsen berbagai komoditi barang dan jasa di daerah pedesaan menunjukkan bahwa NTP Sulawesi Barat April 2009 sebesar 105,14 atau naik sebesar 0,46 persen dibandingkan dengan NTP Maret 2009 yang sebesar 104,65. Hal ini disebabkan karena perubahan indeks harga yang diterima petani naik 0,52 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani hanya naik 0,06 persen. Berarti, secara umum kenaikan harga komoditi hasil pertanian dari bulan sebelumnya lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan harga barang-barang keperluan konsumsi dan produksi. Akibatnya, perbandingan antara indeks harga yang diterima dengan indeks harga yang dibayar petani cenderung semakin besar. Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 18/06/76/Th. III, 1 Juni 2009 1