Tanggal Rilis | : | 22 November 2009 |
Ukuran File | : | 1.44 MB |
Abstraksi
Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat September 2009 sebesar 105,99 turun 0,16 persen dibandingkan NTP Agustus 2009 yang mencapai 106,16. Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat 94,39 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P); 87,74 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H); 131,53 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R); 109,02 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 106,14 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Hasil pemantauan harga konsumen pedesaan menunjukkan terjadinya inflasi pedesaan di Sulawesi Barat pada september 2009 sebesar 1,64 persen, yang secara umum dikarenakan adanya kenaikan indeks harga pada enam dari tujuh kelompok pengeluaran, yang cukup signifikan yaitu kelompok bahan makanan naik sebesar 2,39 persen. Satu kelompok lainnya mengalami deflasi di daerah pedesaan, yaitu: kelompok transportasi dan komunikasi 0,01 persen. Dibandingkan dengan provinsi lain, Sulawesi Barat merupakan salah satu dari 30 provinsi yang mengalami inflasi di daerah pedesaan, yang tertinggi terjadi di Sumatera Utara 2,38 persen dan terendah di Gorontalo sebesar 0,17 persen. Sementara itu, 2 provinsi lainnya mengalami deflasi pedesaan, tertinggi di Sulawesi Utara 0,15 persen dan terendah Papua 0,09 persen. Untuk skala nasional, NTP bulan September 2009 sebesar 100,90; NTP Sulawesi Barat tercatat masih lebih tinggi dibandingkan nasional. Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.