Tanggal Rilis | : | 21 November 2010 |
Ukuran File | : | 0.12 MB |
Abstraksi
Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat Oktober 2010 sebesar 104,75 naik 0,05 persen dibandingkan NTP September 2010 yang sebesar 104,70. Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) 91,12; Subsektor Hortikultura (NTP-H) 85,75; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R) 128,68; Subsektor Peternakan (NTP-T) 111,48 dan Subsektor Perikanan (NTN) 106,88. Hasil pemantauan harga konsumen perdesaan menunjukkan terjadinya deflasi perdesaan di Sulawesi Barat pada Oktober 2010 sebesar 0,58 persen, yang secara umum dikarenakan adanya penurunan indeks harga pada tiga kelompok pengeluaran, yang cukup signifikan yaitu kelompok bahan makanan -1,18 persen, kelompok perumahan -0,34 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga -0,30 persen. Sedangkan, empat kelompok pengeluaran lainnya mengalami kenaikan yaitu kelompok makanan jadi 0,04 persen, kelompok sandang 0,24 persen, kelompok kesehatan 0,46 persen, dan kelompok transportasi dan komunikasi 0,01 persen. Inflasi di daerah perdesaan terjadi di 11 provinsi, tertinggi di Bengkulu 1,02 persen dan terendah di Sumatera Utara 0,08 persen. Sedangkan, deflasi di daerah perdesaan terjadi di 20 provinsi termasuk Sulawesi Barat, tertinggi di Sulawesi Tenggara 0,97 persen dan terendah di Sumatera Barat 0,03 persen. Sementara itu, satu provinsi lainnya yaitu Riau tidak mengalami inflasi maupun deflasi perdesaan. Untuk skala nasional, NTP Bulan Oktober 2010 sebesar 102,61 dan mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,08 Persen. NTP Sulawesi Barat tercatat masih lebih tinggi dibandingkan nasional. Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Hasil pemantauan harga produsen berbagai komoditi barang dan jasa di daerah perdesaan menunjukkan bahwa NTP Sulawesi Barat Oktober 2010 sebesar 104,75 atau naik sebesar 0,05 persen dibandingkan dengan NTP September 2010 yang sebesar 104,70. Hal ini disebabkan karena perubahan indeks harga yang diterima petani turun 0,37 persen sedangkan indeks yang dibayar petani turun 0,42 persen. Berarti, secara umum kenaikan harga komoditi hasil pertanian dari bulan sebelumnya lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan harga barang-barang keperluan konsumsi dan produksi. Akibatnya,