Tanggal Rilis | : | 18 April 2010 |
Ukuran File | : | 0.11 MB |
Abstraksi
Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat Februari 2010 sebesar 105,96 naik 0,15 persen dibandingkan NTP Januari 2010 yang mencapai 105,80. Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat 93,86 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P); 86,27 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H); 129,80 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R); 111,39 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 106,86 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Hasil pemantauan harga konsumen pedesaan menunjukkan terjadinya inflasi pedesaan di Sulawesi Barat pada Februari 2010 sebesar 0,63 persen, yang secara umum dikarenakan adanya kenaikan indeks harga pada tujuh kelompok pengeluaran, yang cukup signifikan yaitu kelompok makanan jadi sebesar 0,99 persen. Dibandingkan dengan provinsi lain, Sulawesi Barat merupakan salah satu dari 28 provinsi yang mengalami inflasi di daerah pedesaan, yang tertinggi terjadi di Jawa Barat sebesar 1,06 persen dan terendah di Gorontalo sebesar 0,01 persen. Sementara itu, empat provinsi lainnya mengalami deflasi pedesaan, yang tertinggi terjadi di Bangka Belitung sebesar 0,31 persen dan terendah di Sumatra Utara sebesar 0,08 persen. Untuk skala nasional, NTP bulan Februari 2010 sebesar 101,09, sedangkan inflasi pedesaan sebesar 0,60 Persen. NTP dan Inflasi Pedesaan Sulawesi Barat tercatat masih lebih tinggi dibandingkan nasional. Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.