Tanggal Rilis | : | 22 Agustus 2010 |
Ukuran File | : | 0.12 MB |
Abstraksi
Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat Juli 2010 sebesar 105,37 turun 0,87 persen dibandingkan NTP Juni 2010 yang sebesar 106,30. Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat 92,74 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P); 84,55 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H); 128,86 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R); 111,73 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 107,58 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Hasil pemantauan harga konsumen pedesaan menunjukkan terjadinya inflasi pedesaan di Sulawesi Barat pada Juli 2010 sebesar 1,60 persen, yang secara umum dikarenakan adanya kenaikan indeks harga pada lima dari tujuh kelompok pengeluaran, yang cukup signifikan yaitu kelompok bahan makanan 3,28 persen, kelompok perumahan 0,50 persen, kelompok sandang 0,10 persen, kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga 1,19 persen dan kelompok transportasi dan komunikasi 0,02 persen. Inflasi di daerah pedesaan terjadi diseluruh provinsi termasuk Sulawesi Barat, tertinggi di Jawa Timur 2,58 persen dan terendah di Nusa Tenggara Timur 0,92 persen. Untuk skala nasional, NTP Bulan Juli 2010 sebesar 101,77 dan mengalami inflasi pedesaan sebesar 1,93 Persen. NTP Sulawesi Barat tercatat masih lebih tinggi dibandingkan NTP nasional, sedangkan inflasi pedesaan Nasional lebih tinggi dibandingkan Sulawesi Barat. Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.