Tanggal Rilis | : | 16 Mei 2010 |
Ukuran File | : | 0.11 MB |
Abstraksi
Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat Maret 2010 sebesar 106,08 naik 0,11 persen dibandingkan NTP Februari 2010 yang mencapai 105,96. Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat 93,85 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P); 87,00 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H); 130,41 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R); 111,14 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 106,71 untuk Subsektor Perikanan (NTN). Hasil pemantauan harga konsumen pedesaan menunjukkan terjadinya deflasi pedesaan di Sulawesi Barat pada Maret 2010 sebesar 0,11 persen, yang secara umum dikarenakan adanya penurunan indeks harga pada empat dari tujuh kelompok pengeluaran, yang cukup signifikan yaitu kelompok makanan jadi menurun sebesar 0,79 persen. Dibandingkan dengan provinsi lain, Sulawesi Barat merupakan salah satu dari 17 provinsi yang mengalami deflasi di daerah pedesaan, yang tertinggi terjadi di Nangro Aceh Darusalam sebesar 0,54 persen dan terendah di Jambi sebesar 0,03 persen. Sementara itu, 15 provinsi lainnya mengalami inflasi pedesaan, yang tertinggi terjadi di Maluku sebesar 0,74 persen dan terendah di Sulawesi Tenggara sebesar 0,07 persen. Untuk skala nasional, NTP bulan Maret 2010 sebesar 101,20, sedangkan deflasi pedesaan sebesar 0,13 persen. NTP Sulawesi Barat tercatat masih lebih tinggi dibandingkan NTP nasional. Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.