Tanggal Rilis | : | 18 Januari 2009 |
Ukuran File | : | 0.52 MB |
Abstraksi
; Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat November 2008 sebesar 101,65 turun 0,39 persen dibandingkan NTP Oktober 2008 yang mencapai 102,05. Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat 93,55 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P); 88,74 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H); 117,07 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R); 105,02 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 103,28 untuk Subsektor Perikanan (NTN). ; Hasil pemantauan harga konsumen pedesaan menunjukkan terjadinya deflasi di daerah pedesaan di Sulawesi Barat pada November 2008 sebesar 0,44 persen, yang secara umum dikarenakan adanya penurunan indeks harga pada dua dari tujuh kelompok pengeluran yang cukup signifikan yaitu : bahan makanan dan perumahan masing-masing sebesar -1,01 persen dan -0,73 persen. Sedangkan lima kelompok pengeluaran lainnya mengalami kenaikan indeks harga antara lain : makanan jadi 0,13 persen; sandang 0,35 persen; kesehatan 0,90 persen; pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,43 persen; serta transportasi dan komunikasi 0,19 persen. ; Dibandingkan dengan provinsi lain, Sulawesi Barat merupakan salah satu dari 15 provinsi yang mengalami deflasi di daerah pedesaan, tertinggi di Gorontalo 1,23 persen dan terendah di Jawa Barat 0,11 persen. Dengan deflasi 0,44 persen menempatkan Sulawesi Barat pada urutan ke-8 dari 15 Provinsi yang mengalami deflasi. Sementara itu, 17 provinsi lainnya mengalami inflasi, tertinggi di Sumatera Barat 1,12 persen dan terendah di Yogyakarta 0,01 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi