Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No.25/07/76/Th. IV, 01 Juli 2010 1
Jadwal Rilis :
Ukuran File :
Hit :
Abstraksi
BPS PROVINSI SU LAWESI BARAT No. 25 /07/76/Th. IV, 01 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI SULAWESI BARAT KONDISI BULAN MARET TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan berada di bawah Garis Kemiskinan, dengan pendekatan basic needs aproach, yakni pendekatan kebutuhan minimum makanan setara 2100 kilo kalori serta kebutuhan minimum non makanan terhadap perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan) di Provinsi Sulawesi Barat sejak Maret 2008 sampai Maret 2010 terus mengalami penurunan, yakni berturut-turut sebesar 16,73 persen (171,1 ribu orang); 15,29 persen (158,2 ribu orang); dan 13,58 persen (141, 3 ribu orang). Dibandingkan keadaan Maret 2008 sampai Maret 2010, jumlah penduduk miskin menurun sekitar 29.800 orang, dengan laju penurunan sekitar 9,12 persen pertahun. Meskipun demikian, sisa penduduk miskin sejumlah hampir 141,3 ribu penduduk tersebut masih relatif cukup besar bagi Sulawesi Barat yang penduduknya masih relatif sedikit (sekitar 1 jutaan). Demikian juga dengan angka relatif (persentase) penduduk miskin dalam kurun waktu tiga tahun penduduk miskin secara total menurun cukup signifikan sekitar 3,15 persen, yaitu dari 16,73 persen pada Maret 2008 menjadi 13,58 persen pada Maret 2010. Secara total dalam periode Maret 2008-Maret 2010, penduduk miskin di Sulawesi Barat menurun, baik daerah perkotaan maupun perdesaan. Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang sekitar 15.200 orang, sementara di daerah perkotaan berkurang sekitar 14.600 orang. Salah satu penyebab turunnya penduduk miskin perkotaan yang lebih sedikit dibanding perdesaan karena tingkat kehidupan di kota lebih rentan terhadap pengaruh fluktuasi harga dibanding penduduk di perdesaan hal ini bisa dilihat dari garis kemiskinan daerah perkotaan yang cenderung lebih tinggi dari garis kemiskinan di perdesaan. Selama periode Maret 2008-Maret 2010, Garis Kemiskinan secara total naik sebesar 16,97 persen, yaitu dari Rp.146.492,- per kapita per bulan pada Maret 2008 menjadi Rp.171..356,- per kapita per bulan pada Maret 2010. Meski demikian ternyata tidak menambah jumlah penduduk yang jatuh ke bawah garis kemiskinan. Ini berarti daya beli masyarakat Sulawesi Barat dalam periode tersebut relatif meningkat. Ini tercermin dari meningkatnya produksi dan membaiknya harga beberapa komoditi perkebunan (terutama kakao dan kelapa sawit) dalam periode tersebut. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan, yaitu 82,00 persen berbanding 18,00 persen. Daerah perkotaan cukup rentan terhadap perubahan harga pada komoditi makanan dalam mempengaruhi garis kemiskinan, karena orang kota cenderung membeli bahan makanan, sedangkan di daerah perdesaan kebanyakan diperoleh dari hasil produksi sendiri, sehingga tidak begitu terpengaruh. Selama periode Maret 2008-Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan yang berfluktuasi. Indeks Kedalaman Kemiskinan berturut-turut 2,63 (Maret 2008); 2,47 (Maret 2009); dan 1,55 (Maret 2010). Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan 0,66 (Maret 2008); 0,60 (Maret 2009); dan 0,35 (Maret 2010). Angka indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan yang berfluktuasi namun cenderung semakin menurun, hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin meningkat mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin sempit. Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No.25/07/76/Th. IV, 01 Juli 2010 1