Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No.21/07/76/Th. III, 01 Juli 2009 1
Jadwal Rilis :
Ukuran File :
Hit :
Abstraksi
BPS PROVINSI SU LAWESI BARAT No. 21 /07/76/Th. III, 01 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN DI SULAWESI BARAT KONDISI BULAN MARET TAHUN 2009 RINGKASAN ; Jumlah penduduk miskin berdasarkan Hasil Susenas di Provinsi Sulawesi Barat sejak Maret 2007 sampai Maret 2009 terus mengalami penurunan, yakni berturut-turut sebesar 19,03 persen (189,9 ribu orang); 16,73 persen (171,1 ribu orang); dan 15,29 persen (158, 2 ribu orang). Dibandingkan keadaan Maret 2007 sampai Maret 2009, jumlah penduduk miskin menurun sekitar 31.700 orang, dengan laju penurunan relatif rata-rata sekitar 1,87 persen pertahun. Meskipun demikian, sisa penduduk miskin sejumlah hampir 158,2 ribu penduduk tersebut masih cukup besar bagi Sulawesi Barat yang penduduknya masih sangat sedikit (sekitar 1 jutaan). ; Demikian juga dengan angka relatif (persentase) penduduk miskin dalam kurun waktu tiga tahun penduduk miskin secara total menurun cukup signifikan sekitar 3,74 persen, yaitu dari 19,03 persen pada Maret 2007 menjadi 15,29 persen pada Maret 2009. ; Secara total dalam periode Maret 2007-Maret 2009, penduduk miskin di Sulawesi Barat menurun, baik daerah perkotaan maupun perdesaan. Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang sekitar 20.100 orang, sementara di daerah perkotaan berkurang sekitar 11.600 orang. Salah satu penyebab turunnya penduduk miskin perkotaan yang lebih sedikit dibanding perdesaan karena tingkat kehidupan di kota lebih rentan terhadap pengaruh fluktuasi harga dibanding penduduk di perdesaan hal ini bisa dilihat dari garis kemiskinan daerah perkotaan yang cenderung lebih tinggi dari garis kemiskinan di perdesaan. ; Selama periode Maret 2007-Maret 2009, Garis Kemiskinan secara total naik sebesar 20,69 persen, yaitu dari Rp.135.242,- per kapita per bulan pada Maret 2007 menjadi Rp.163.224,- per kapita per bulan pada Maret 2009. Meski demikian ternyata tidak menambah jumlah penduduk yang jatuh ke bawah garis kemiskinan. Ini berarti daya beli masyarakat Sulawesi Barat dalam periode tersebut relatif meningkat. Ini tercermin dari meningkatnya produksi dan membaiknya harga beberapa komoditi perkebunan (terutama kakao dan kelapa sawit) dalam periode tersebut. ; Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan, yaitu 81,90 persen berbanding 19,10 persen. ; Daerah perkotaan cukup rentan terhadap perubahan harga pada komoditi makanan dalam mempengaruhi garis kemiskinan, karena orang kota cenderung membeli bahan makanan, sedangkan di daerah perdesaan kebanyakan diperoleh dari hasil produksi sendiri, sehingga tidak begitu terpengaruh. ; Selama periode Maret 2007-Maret 2009, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan yang berfluktuasi. Indeks Kedalaman Kemiskinan berturut-turut 2,59 (Maret 2007); 2,63 (Maret 2008); dan 2,47 (Maret 2009). Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan berturut-turut 0,57 (Maret 2007); 0,66 (Maret 2008); dan 0,60 (Maret 2009). Angka indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan yang berfluktuasi namun cenderung semakin menurun ini, mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin meningkat mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin sempit. Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No.21/07/76/Th. III, 01 Juli 2009 1