Mamuju – Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Sulawesi Barat, Mukrabin melaporkan, tingkat kemiskinan Sulawesi Barat sebesar 11,92 persen. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga BBM pada September tahun lalu.
“Pada tanggal 3 September 2022, telah terjadi kenaikan harga BBM, mulai dari pertalite, kemudian solar bersubsidi, hingga pertamax. Ini menjadi faktor naiknya kemiskinan di Sulawesi Barat” Kata Mukrabin di Mamuju, Senin (16/1/2023).
Jumlah penduduk miskin September 2022 berjumlah 169,26 ribu jiwa, atau naik sebanyak 3,54 ribu jiwa sejak Maret 2022. Selain kenaikan BBM, inflasi umum di Sulbar yang naik juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan Sulbar.
Mukrabin menyebutkan, secara umum tingkat kemiskinan di Sulbar cenderung mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi pada September 2021 selama periode September 2014 – September 2022.
Naiknya jumlah penduduk miskin di Sulbar ini lebih banyak terjadi di wilayah perdesaan dibanding perkotaan. Garis kemiskinan yang jadi ukuran seseorang dikategorikan miskin juga bertambah, yaitu menjadi Rp.425.300 per kapita per bulan pada September 2022. Sedangkan di bulan Maret hanya Rp.405.377 per kapita per bulan.
Selanjutnya, Mukrabin menjelaskan komoditas makanan yang berpengaruh pada garis kemiskinan yang meningkat di perdesaan adalah didominasi oleh beras dan rokok kretek filter yang masing-masing memiliki andil sebesar 27,22 persen dan 10,92 persen.
Sedangkan untuk komoditas nonmakanan yang menjadi memiliki andil terbesar adalah perumahan. Dan tertinggi kedua adalah Bensin/BBM.
“Komoditi nonmakanan yang paling berpengaruh terhadap kemiskinan yaitu perumahan dengan kontribusi 9,54 persen, selanjutnya bensin kontribusinya 3,09 persen.” Jelasnya.
Selengkapnya:
https://sulbar.bps.go.id/pressrelease.html