Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat Oktober 2016 sebesar 109,79; meningkat 1,09 persen dibandingkan NTP September yang sebesar 108,60. Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) 101,02; Subsektor Hortikultura (NTP-H) 106,82; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R) 120,62; Subsektor Peternakan (NTP-T) 105,59; dan Subsektor Perikanan (NTN) 102,35. NTP Subsektor Perikanan terbentuk dari gabungan perikanan tangkap dan budidaya perikanan yang memiliki NTP masing-masing sebesar 105,75 dan 96,39.
Hasil pemantauan harga konsumen perdesaan menunjukkan terjadinya deflasi perdesaan di Sulawesi Barat pada Oktober 2016 sebesar 0,31 persen, yang secara umum dipicu oleh turunnya indeks harga kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 1,04 persen. Sementara itu, indeks harga enam kelompok pengeluaran lainnya mengalami peningkatan, yaitu indeks harga kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau meningkat sebesar 0,67 persen, indeks harga kelompok pengeluaran perumahan sebesar 0,11 persen, indeks harga kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,04 persen, indeks harga kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,15 persen, indeks harga kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,002 persen, dan indeks harga kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi sebesar 0,05 persen.
Inflasi di daerah perdesaan terjadi di 15 provinsi di Indonesia, tertinggi di Sumatera Utara sebesar 0,76 persen dan terendah di Bangka Belitung sebesar 0,01 persen. Sementara itu, 18 provinsi mengalami deflasi perdesaan, tertinggi di Gorontalo sebesar 0,91 persen dan terendah di Jawa Timur sebesar 0,01 persen. Sulawesi Barat menempati urutan ke delapan dari 18 provinsi yang mengalami deflasi perdesaan.
Untuk skala nasional, NTP bulan Oktober 2016 sebesar 101,71; turun sebesar 0,30 persen dibandingkan bulan September 2016, dan mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,04 persen.