Tanggal Rilis | : | 2 Januari 2012 |
Ukuran File | : | 0.08 MB |
Abstraksi
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan berada di bawah Garis Kemiskinan, dengan pendekatan basic needs approach, yakni pendekatan kebutuhan minimum makanan setara 2100 kilokalori serta kebutuhan minimum non makanan terhadap perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan) di Provinsi Sulawesi Barat pada Maret 2010 sampai Maret 2011 mengalami peningkatan yaitu 141,3 ribu orang pada Maret 2010 menjadi 164,9 ribu orang pada Maret 2011. Akan tetapi, pada Maret sampai September 2011 mengalami penurunan sebesar 6,1 persen (sekitar 1700 orang) yakni dari164,9 ribu orang menjadi163,2 ribu orang.
Demikian juga dengan angka relatif (persentase) penduduk miskin pada September 2011 mengalami penurunan sekitar 0,25 persen, yaitu dari 13,89 persen pada Maret 2011 menjadi 13,64 persen pada September 2011.
Meskipun secara total persentase penduduk miskin menurun dari Maret sampai September 2011, namun kondisi antara daerah perkotaan dan perdesaan berbeda. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami peningkatan sedangkan di daerah perdesaan mengalami penurunan.Salah satu penyebabnya adalah tingkat kehidupan di kota lebih rentan terhadap pengaruh fluktuasi harga dibanding penduduk di perdesaan hal ini bisa dilihat dari garis kemiskinan daerah perkotaan yang cenderung lebih tinggi dari garis kemiskinan di perdesaan.
Selama periode Maret – September 2011, Garis Kemiskinan secara total naik sebesar 3,72 persen, yaitu dari Rp.186.041,- per kapita per bulan pada Maret 2011 menjadi Rp.192.971,- per kapita per bulan pada September 2011. Peningkatan tersebut memberi dampak bagi daerah perkotaan dimana persentase penduduk miskin meningkat.
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan, yaitu 80,81 persen berbanding 19,19 persen.
Daerah perkotaan cukup rentan terhadap perubahan harga pada komoditi makanan dalam mempengaruhi garis kemiskinan, karena orang kota cenderung membeli bahan makanan, sedangkan di daerah perdesaan kebanyakan diperoleh dari hasil produksi sendiri, sehingga tidak begitu terpengaruh.
Seiring dengan penurunan jumlah penduduk miskin pada September 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan dari Maret 2011. Indeks Kedalaman Kemiskinan menurun dari 2,32 persen pada Maret 2011 menjadi 2,28 persen pada September 2011, sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan menurun dari 0,61 persen pada Maret 2011 menjadi 0,57 pada September 2011. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin menyempit.